DASAR – DASAR PROSES PENGAWASAN





http://www.ronedmondson.com/wp-content/uploads/2013/03/20130313-203042.jpg
Kasus – kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan kegiatan lain yang menyimpang dari rencana.

Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan (controlling), antara lain evaluating, appraising, atau correcting. Akan tetapi sebutan controlling lebih banyak digunakan karena mempunyai konotasi arti yang lebih jelas dan standar.




A.     PENGERTIAN PENGAWASAN


Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan – tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Langkah awal proses pengawasan adalah sebenarnya langkah prencanaan, penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksanaan suatu kegiatan. Oleh karenanya kadang sulit untuk membedakan antara 3 hal tersebut dan fungsi pengawasan itu sendiri harus diawasi.sebagai contoh apakah laporan – laporan pengawasan akurat? Apakah system pengawasan memberikan informasi tepat pada waktunya? Apakah kegiatan diukur dengan interval frekuensi yang mencukupi? Semuanya merupakan aspek pengawasan pada fungsi pengawasan.



Definisi pengawasan menurut Robert J. Mockler:

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dari kegiatan yang dilakukan sebelumnya, mengatur penyimpangan penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi.



Berikut hubungan pengawasan dengan fungsi manajemen lainnya :




 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKS5z6N1dGkB7oW7Z9cYJsWsNpWRNEme4CjizwaY7oauHDhnicmrWO6rigFZrSmDCkpbK8R9BmZhiliawgg6jFiBHyBBjcZ53KalyBvI_3HsRWLYRZxTRZTQxt0X-SACB-nEls4wNpxjkP/s1600/New+Picture+(5).png



B.      TIPE – TIPE PENGAWASAN

 Ada 3 tipe pengawasan yang ketiganya lebih dibedakan pada waktu pelaksanaanya, demikian rinciannya pada gambar dibawah ini.




11.       Pengawasan Pendahuluan (feedforward control)

 Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalah – masalah atau penyimpangan dan mencari solusinya dimasa depan/sebelum masa itu terjadi.



22.       Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan peaksanaan kegiatan (concurrent control)

Pengawasan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. Pengawasn ini sering disebut pengawasan “ya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”



33.       Pengawasan Umpan balik(feedback control)

Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan (evaluasi).





C.      TAHAP – TAHAP DALAM PROSES PENGAWASAN



1.       Tahap 1 : Penetapan Standar

Menetapkan standar dari pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat dijadikan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target adalah yang digunakan sebagai standar. Adapun bentuk – bentuknya

1.       Standar – standar phisik, meliputi kuantitas, jumlah dan kualitas

2.       Standar – standar moneter, yangditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, penjualan dan sejenisnya

3.       Standar – standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu



2.       Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Mengukur pelaksanaan kegiatan nyata dan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan :

·         Berapa kali?

·         Dalam bentuk apa?

·         Siapa?



3.       Tahap 3 : Pengukuran Pelakasanaan Kegiatan

1.       Observasi

2.       Laporan - laporan

3.       Metode – metode otomatis

4.       Inspeksi pengujian



4.       Tahap 4 : Pemandingan Pelaksanaan dengan Standard an Analisa Penyimpangan

tahap ini bias disebut sebagai tahap evaluasi



5.       Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

tindakan ini mungkin dapat berupa :

1.       Mengubah standar mula mula (barangkali terlalu tinggi atau rendah)

2.       Mengubah pengukuran pelaksanaan (frekuensinya terlalu sering/ kurang)

3.       Mengubah cara dalam menganalisa dan mengimpretasikan penyimpangan – penyipangan





D.     PENTINGNYA PENGAWASAN



Ada beberapa factor yang membuat pengaawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Faktor – factor itu adalah :



1.       Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi seringkali tidak dapat dihindari , seperti munculnya inovasi baru, peraturan baru dsb.



2.       Peningkatan kompleksitas Organisasi

Semakin besar organisasi maka  semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal, maka segalanya harus bisa dimonitor dengan baik.



3.       Kesalahan – kesalahan

Bila pra bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan.sistem pengawsan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan – kesalahn tersebut sebelum menjadi kritis.



4.       Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Satu satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan system pengawasan.



E.      PERANCANGAN PROSES PENGAWASAN



Pendekatan prosedur untuk penetapan system pengawasan menurut William H. Nenwman :

1.       Merumuskan hasil yang diinginkan

Manajer harus merumuskan hasil yang akan dicapai sejelas mungkin



2.       Menetapkan petunjuk (predictors) hasil

Tujuannnya adalah agar manajer dapat mengatasi memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan.newman telah mengidentifikasikan beberapa “early warning predictors”  yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang diiginkan tercapai atau tidak, yaitu :

1.       Pengukuran masukan.

Perubahan dalam masukan akan mengisyaratkan manajer untuk merubah atau mengambil tindakan koreksi

2.       Hasil – hasil pada tahap – tahap permulaan.

bila hasil dari tahap permulaan lebih baik atau buruk daripada yang diperkirakan, maka perlu dilakukan penilaian kembali.

3.       Gejala – gejala (symptoms)

ini adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil akhir, tetapi tidak secara langsung mempengaruhinya.

4.       Perubahan dalam kondisi yang ditentukan

Asumsi dengan kondisi “normal”



3.       Menetapkan standar penunjuk dan hasil

Ini merupakan again yang penting dalam perancangan proses pengawasan. Tanpa penetapan standar, manajer mungkin memberikan perhatian yang lebih terhadap penyimpangan kecil atau tidak bereaksi terhap penyimpangan besar.



4.       Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik

Jaringan kerja dapat dianggap baik apabila aliran tidak hanya keatas tetapi juga kebawah kepada siapa yang harus mengambil koreksi.



5.       Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi

Penentuan apakah koreksi perlu diambil





F.       BIDANG – BIDANG PENGAWASAN STRATEGIK



Bidang – bidang strategik ini merupakan aspek – aspek satuan kerja atau organisasi yang harus berfungsi secara efektif  agar keseluruhan organisasi meraih sukses. Bidang ini meliputi bidang dengan kegiatan yang utama seperti transaksi – transaksi keuangan, hubungan manajer dengan bawahan, atau operasi – operasi produksi dimana perubahan selalu terjadi dan pemusatan pada unsur – unsur paling vital dalam operasi tertentu.







G.     ALAT BANTU PENGAWASAN MANAJERIAL



1.       Management By Exception (MBE)



Mengarahkan perhatian ke bidang paling kritis dan  mempersilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi – variasi rutin. Hal ini dapat dipraktekkan oleh manajer manajer penjualan, produksi, keuangan, personalia, pembelian dll. Pengawasan ini murah, akan tetapi penyimpangan baru bisa diketahui setelah kegiatan terlaksana.



2.       Management – Information System



Didefinisikan sebagai suatu metode formal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi – fungsi perencanaan, pengawasan dan operasioanal organisasi dilaksanakan secara efektif.



Tahap utama :

1.       Tahap survey pendahuluan dan perumusan masalah

2.       Tahap desain kkonsepsual

3.       Tahap desain terperinci

4.       Tahap implementasi akhir



Agar perancangan MIS berjalan efektif, manajemen perlu memperhatikan 5 pediman, yaitu :

1.       Mengikut sertakan pemakai (unsur) kedalam tim perancang

2.       Mempertimbangkan secara hati – hati biaya system

3.       Memperlakukan informasi yang relevan dan transaksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka

4.       Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan

5.       Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para operator dan pemakai system.







H.     KARAKTERISTIK – KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG EFEKTIF



1.       Kriteria pengawasan yang efektif



(1)    Mengawasi kegiatan – kegiatan yang benar

(2)    Tepat waktu

(3)    Biaya efektif

(4)    Tepat akurat

(5)    Dapat diterima oleh yang bersangkutan



2.       Karakteristik

(1)    Akurat

Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, data yang tidak akurat mengakibatkan kekeliruan



(2)    Tepat Waktu

Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya.



(3)    Objektif dan Menyeluruh

Mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap



(4)    Terpusat pada Titik – Titik Pengawasan Strategik

Memusakan pada bagian bagian paling strategis dimana penyimpangan paling sering terjadi



(5)    Realistic secara Ekonomis

biaya pengawasan harus lebih rendah dengan kegunaannya.



(6)    Realistic secara Organisasional

Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan – kenyataan organisasi.



(7)    Terkoordinasi dengan Aliran Kerja Organisasi

Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi karena

(a)    Setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi suksesatau kegagalan keseluruhan operasi.

(b)   Informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memperlakukannya.



(8)    Fleksibel

suatu pengawasan harus memiliki fleksibilistas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.



(9)    Bersifat sebagai Petunjuk dan Operasional

System pengawasan yang efektif harus bisa menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.



(10) Diterima para Anggota Organisasi

Harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.




http://cdn2-b.examiner.com/sites/default/files/styles/image_content_width/hash/e5/ab/e5abf6efab0d55acceda97b6155f63d0.jpg?itok=TDtA9RUr





Post By : Naufal Adzkia El Imami (18)
       Kelas 1 - G Kebendaharaan Negara STAN 14' 
                                       17 January 2015

0 Responses

Posting Komentar

abcs