Halo, Visitor setia!
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai Budaya Organisasi dalam manajemen.
Dalam manajemen ada pendapat bahwa, seorang manajer bertanggung jawab langsung terhadap kesuksesan dan kegagalan organisasi. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa suksesnya sebuah organisasi itu terlepas dari manajer. Atau dapat dikatakan bahwa manajer tidak dapat berbuat apapun demi kesuksesan sebuah organisasi.
Dalam organisasi itu sendiri tentunya memiliki sebuah budaya yang membuat organisasi tersebut
berbeda dari organisasi lain. Selain itu bisa juga sebuah organisasi membuat
suatu budaya yang ditujukan untuk mendukung atau bahkan mencapai
tujuan utamanya. Ada dua pandangan mengenai kedudukan manajer dalam sebuah
organisasi:
1. Pandangan Mumpuni
2. Pandangan Simbolis
Lalu apa sebenarnya ‘Budaya Organisasi’ itu?
A. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan sistem yang dianut dan dipercayai oleh anggota organisasi dan mempengaruhi cara
mereka bertindak (kepada semua anggota) dan sangat mempengaruhi bagaimana
organisasi dijalankan.
Budaya organisasi juga berbicara
tentang bagaimana kita mengerjakan sesuatu (The way we do things around here). Yaitu berbicara tentang
penerapan nilai-nilai, prinsip, tradisi dan cara kerja. Sehingga dapat
diimplikasikan bahwa budaya adalah persepsi, budaya adalah penerimaan (dianut) bersama, budaya adalah deskriptif.
B. Jenis-Jenis Budaya Organisasi
Budaya itu sendiri dibagi menjadi
dua, yaitu budaya kuat dan budaya lemah. Budaya kuat adalah budaya yang sudah mendarah daging dalam
sebuah organisasi. Budaya kuat sangat sulit diubah. Bahkan
jika ada anggota yang tidak melakukan budaya organisasi yang sudah kuat ini, maka anggota tersebut akan
dianggap aneh oleh anggota yang lain atau bahkan bisa
dikucilkan. Sedangkan budaya lemah adalah budaya yang masih bisa diubah.
Ciri-ciri dari budaya organisasi kuat itu sendiri adalah:
- Budaya yang kuat menanamkan nilai-nilai utama secara kokoh dan diterima secara luas di kalagan karyawan
- Memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku karyawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi kuat, yaitu:
- Ukuran organisasi
Ukuran organisasi sangat
berpengaruh terhadap budaya organisasi kuat, karena
semakin besar organisasi itu maka semakin kuat pula budaya yang sudah diterapkan dalam
organisasi tersebut dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.
- Usia organisasi
Usia organisasi juga sangat
menentukan kuatnya budaya yang diterapkan dalam sebuah
organisasi. Karena organisasi yang memiliki jam terbang lebih
awal tentu sudah memahami betul bagaimana dan budaya apa yang harus dan apa yang pantas diterapkan dalam oraganisasi mereka. Bila budaya tersebut baik, maka mereka cenderung menjaga budaya itu, sehingga budaya tersebut semakin kuat.
- Tingkat turnover organisasi
- Kekuatan budaya asli
- Jelas tidaknya nilai budaya
Kelebihan dari budaya kuat adalah:
- Membuat karyawan lebih setia
- Memupuk kinerja organisasi yang lebih tinggi
Namun tentunya budaya kuat memiliki kelemahan, yaitu cenderung menghambat para karyawan untuk berani mencoba cara-cara baru terutama
dalam menghadapi situasi baru.
C. Dari Mana Budaya Lahir
Budaya yang ada di sebuah organisasi tidak mungkin lantas
tiba-tiba ada dengan sendirinya tanpa ada seorang pemikir yang merealisasikan hasil pemikirannya atau tanpa adanya kebiasaan yang sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan pada akhirnya diterima oleh anggota organisasi sebagai sebuah budaya.
Budaya lahir biasanya dari:
- Pendiri organisasi
Pendiri organisasi menciptakan
budaya biasanya dari visi misi yang mereka kemukakan dalam organisasi tersebut.
- Praktik-praktik tertentu dalam organisasi
Praktik-praktik atau
keigiatan-kegiatan ini biasanya adalah sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya untuk jangka waktu yang cukup lama. Praktik ini akan terus dilakukan
karena dianggap sebagai budaya yang diturunkan dari anggota organisasi terdahulu.
- Tindakan dan perilaku manajer puncak
Tindakan dan perilaku manajer
puncak bisa dianggap sebagai budaya oleh anggota oranisasi lain
karena biasanya anggota sering meniru atasan
mereka dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, jika seorang manajer terbiasa datang tidak tepat
waktu, maka anggota dalam organisasinya juga kan melakukan hal demikian, karena mereka
menganggap hal tersebut wajar dilakukan, terbukti dengan adanya manajer yang melakukan hal serupa. Jika hal
ini dibiarkan maka akan berubah menjadi sebuah budaya.
D. Kelanjutan Budaya Organisasi
Dalam sebuah organisasi tentu
akan dilakukan penyusunan kembali pejabat-pejabat
dalam organisasi. Karena tidak mungkin organisasi tersebut selamanya akan dipimpin oleh orang yang sama. Nah, agar budaya yang sudah ada dalam organisasi
tersebut tidak mudah pudar atau bahkan tidak berubah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Dalam rekrutmen, kandidat ditentukan apakah “sesuai” dengan organisasi atau tidak
- Sosialisasi dan orientasi pegawai baru membantu mereka untuk beradaptasi dengan budaya perusahaan
Orientasi kepegawaian di sini
dimaksudkan agar pegawai baru tersebut bisa lebih mengenal budaya yang sudah mendarah daging dalam
organisasi tersebut. Namun, bukan berarti orientasi ini dijadikan sebagai
sarana balas dendam atas orientasi sebelumnya, seperti yang dilakukan di organisasi pendidikan.
Karena, mengubah nilai budaya menjadi nilai budaya yang berbeda dari sebelumnya juga akan memicu timbulnya budaya baru kedepannya. Esensi dari orientasi sendiri seharusnya tetap bertumpu pada tujuan awal, yaitu membuat pegawai baru cepat mengenal budaya yang ada agar dapat beradaptasi
lebih mudah.
E. Bagaimana Karyawan Mempelajari Budaya
Karyawan atau pegawai baru dapat mengetahui bagaimana budaya yang ada dalam suatu organisasi
melalui beberapa cara, yaitu:
- Cerita
Melalui berbagai cerita dari berbagai sumber berbeda,
maka karyawan atau pegawai baru tersebut
dapat memahami budaya yang ada. Cerita atau kisah-kisah ini biasanya berupa kenangan yang berkaitan dengan peristiwa tentang budaya yang diterapkan oleh sebuah
organisasi.
- Acara-acara Simbolis
Aktivitas yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam sebuah organisasi dengan tujuan mengekspresikan nilai-nilai yang dianggap penting
F. Simbol Kebendaan
Sebuah budaya sudah selayaknya memiliki simbol dari kebudayaan. Begitu pula dengan budaya organisasi. Budaya organisasi juga memiliki simbol kebendaan dari
kebudayaan yang ada dalam sebuah organisasi, yaitu:
- Aset-aset fisik yang membedakan degan oranisasi lain. Misalnya, bangunan sebuah kantor di luar negeri memiliki bangunan yang unik. Yaitu dalam bangunan kantor ini sama sekali tidak memiliki sekat, sehingga terlihat sekali kesan keterbukaan atau transparansi yang ada pada organisasi tersebut.
- Bahasa
- Akronim dan jargon untuk menyebut istilah. Jargon ini sering diterapkan dalam sebuah organisasi. Tujuan jargon ini sendiri adalah untuk membangkitkan semangat para pegawai dan untuk menanamkan nilai dan kecintaannya terhadap organisasi tersebut.
Nah, cukup sekian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Mungkin bisa
disambung lain kesempatan yang berbeda namun dengan
gelombang dan atmosfer yang masih tetap seputar
manajemen.
Terima kasih! Semoga bermanfaat!
Nama : Listyant Sherlynda Putri
NPM :
143010004355
Posting Komentar