Manajemen Risiko

RISIKO.

Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misinya sendiri agar target yang direncanakannya akan berjalan dengan baik. Seiring dengan berlangsungnya kegiatan organisasi, besar kemungkinan akan muncul potensi-potensi kejadian yang berdampak negatif terhadap pencapaian visi dan misinya tersebut. Nah, potensi kejadian negatif itu lah yang kita sebut dengan istilah RISIKO.

Pengertian dari risiko, secara formal, dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu:


  • Chance of Loss (Kans Kerugian)
  • Possibility of Loss (Kemungkinan Kerugian)
  • Uncertainity (Ketidakpastian)


Sayangnya, risiko ini tidak dapat dihilangkan dari dalam proses berjalannya organisasi. Namun, dengan usaha yang maksimal, dampak negatif dari risiko akan dapat kita minimalisir.


Ada 2 pembagian dari jenis-jenis risiko yang akan saya jabarkan setelah ini.


Gempa bumi, yang merupakan bencana alam, adalah hal luar biasa yang kejadiannya tidak dapat dicegah ataupun dihentikan oleh manusia. Begitupun dengan kebakaran, perampokan, dan sejenisnya. seorang individu tak mampu mencegah kejadian-kejadian tersebut karena itu diluar kontrol si individu itu sendiri. Mengapa saya menyebutkan hal-hal tersebut??

Jadi, hal-hal yang saya sebutkan diatas adalah termasuk dalam jenis Risiko Murni, yaitu risiko yang muncul secara tidak disengaja karena sebuah situasi yang tidak bisa kita kontrol dan konsekuensinya adalah kerugian.


Selanjutnya, sebuah organisasi tentu membutuhkan dana dalam pengoperasiannya. Entah untuk modal usaha, untuk memulai sebuah kegiatan, ataupun sejenisnya. Salah satu opsi dalam mendapatkan dana tersebut adalah dengan pinjaman, atau dapat disebut pengajuan kredit. Kesuksesan dari program yang dijalankan ini lah yang dapat menentukan organisasi terebut mendapatkan keuntungan atau kerugian dengan kredit yang diajukannya. Apabila program berhasil, maka kredit dapat dikembalikan dengan lancar bahkan dapat mencapai keuntungan. Sedangkan apabila acara gagal, maka kredit akan menyebabkan kerugian bagi organisasi itu sendiri.

Nah, kegagalan dan keuntungan terhadap kredit itulah yang merupakan salah satu contoh dari jenis
Risiko Murni, yaitu risiko yang muncul dari sebuah keputusan yang konsekuensinya bisa positif, ataupun negatif.


Metode Penanganan Risiko.


Sebagai proses awal dari penanganan risiko, kita harus memperhatikan dari sektor Internal Environment (Lingkungan Internal) organisasi itu sendiri. Dengan memperhatikan sektor ini, kita dapat menentukan gambaran dasar dari sebuah organisasi dan dapat memberikan sudut pandang kita terhadap organisasi tersebut. Untuk sektor ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:


  • Philosophy = Kultur Manajemen di organisasi tersebut, tentang risiko
  • Integrity
  • Risk-Perspective = Perspektif organisasi tersebut terhadap risiko
  • Risk-Appetite = Penerimaan organisasi tersebut terhadap risiko yang bisa muncul.



Selanjutnya, kita harus Menetapkan Tujuan yang sesuai dan tentu saja mendukung misi organisasi, serta dapat dilaksanakan secara konsisten.


Setelah menetapkan tujuan, kita harus melakukan Identifikasi terhadap Risiko. Yaitu dengan mengidentifikasi hal-hal yang ada di dalam maupun di luar lingkungan organisasi yang memiliki kemungkinan untuk memengaruhi strategi pencapaian organisasi yang telah ditetapkan. Baik itu pengaruh positif (opportunities) maupun pengaruh negatif (risks).


Identifikasi terhadap Risiko sudah selesai, kemudian kita akan melakukan Penilaian terhadap Risiko. Kita menilai dan menganalisa kemungkinan terjadinya (likelihood), dan dampak (impact) sebagai dasar untuk penentuan bagaimana seharusnya risiko tersebut diberlakukan. Nilai yang muncul terhadap risiko kegiatan di organisasi itu muncul dari perkalian antara Likelihood, dengan Impact.


Dengan munculnya nilai risiko, kita akan bisa menentukan Sikap terhadap Risiko. Tahap ini akan dibagi dalam 4 poin, yaitu:


  • Avoidance = menghentikan kegiatan yang mengandung resiko itu
  • Reduction = mengurangi likelihood atau impact dari risiko
  • Sharing -= menanggung bersama risiko tersebut dengan pihak lain
  • Acceptance = menerima risiko (karena dampaknya sangat kecil)



Kemudian kita harus melakukan Aktivitas Pengendalian terhadap sikap yang sudah kita ambil. Dengan tahap ini, kita akan mengetahui apakah prosedur yang sudah ditetapkan itu berjalan dengan efektif atau tidak.


Tahap selanjutnya adalah Informasi dan Komunikasi, agar risiko yang muncul bisa dikomunikasikan dan segala informasi penting yang berhubungan dengan risiko dapat menyebar dengan baik sehingga tiap orang di organisasi tersebut dapat menjalankan kewajiban tugasnya.


Terakhir, kita akan melaksanakan tahap Monitoring. Tahap ini dapat berbentuk supervisi, rekonsiliasi, evaluasi, dan sebagainya.

Biandy N.
143010004572
0 Responses

Posting Komentar

abcs